Sebagai organisasi
Mahasiswa Islam terbesar HMI di usia yang ke-64 tahun telah mengukuhkan
posisinya pada kondisi yang mapan, namun demikian mapannya usia HMI tentu akan
melahirkan dua hal yang akan memberi warna dan saling bertolak belakang, disatu
sisi HMI akan semakin kokoh secara institusional dan dinamis, namun disisi lain
karena didasari nama besar dan proses perjalanan sejarahnya HMI hari ini
cenderung menjadi lamban dan bergerak ditempat. Selain itu sikap establish yang
lahir dari kebanggaan sejarah lampau kiprah HMI mengakibatkan HMI hari ini
cenderung tampil dalam kesadaran palsu.
Sejak HMI didirikan
di Jokyakarta oleh lafran pane 5 Februari 1947 HMI telah mengambil sikap yang
tegas dan mentahbiskan dirinya sebagai kelompok yang mendorong dua hal, tanpa
bermaksud menyederhanakan makna dua hal itu antara lain komitmen untuk
mendorong kepentingan keumatan dan komitmen kebangsaan. Dua komitmen ini yang
kemudian membuka ruang yang dinamis bagi kiprah HMI, apalagi HMI sangat
menjujung pluralisme, HMI tidak mempersoalkan aliran dalam Islam, HMI tidak
terjebak pada tarik ulur pengelompokan ummat Islam yang cenderung
mempertentangkan Majhab dan aliran. Akibatnya HMI menjadi dinamis dan lahan
subur bagi tumbuhnya gagasan-gasan Islam yang mewakili kemoderenan zaman.
Singkatnya dalam perjalanan usianya HMI telah memberi banyak kontribusi bagi
dinamika keumatan dan kebangsaan.
Namun kemudian layaknya
sebuah organisasi kader yang mengkayuh dari zaman ke zaman, HMI tidak lepas
dari pasang surut. Bahkan akibat beban sejarah yang banyak mendorong kiprah HMI
pada ranah politik, dampaknya hari ini HMI dan kader-kadernya sangat politikal
oriented. Sikap kader HMI yang sangat politik oriented ini melahirkan tampilan
organisasi yang pincang dan kian hari menjadi dijauhi oleh basis di
Kampus-kampus. Apalagi saat ini organisasi Islam yang tumbuh dan berkembang
bukan hanya HMI. Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan tampilan organisasi
yang tidak pernah berubah padahal zaman mau tidak mau memaksa setiap individu
maupun organisasi untuk berubah. Ringkasnya kian lama HMI semakin kehilangan
relevansinya, HMI sudah tidak kompetibel dengan zaman.
Kerasnya arus globalisasi
yang melahirkan berbagai trend dan tuntutan zaman menjadikan HMI kian
tertinggal dengan cara-cara berpikir lama dan hanya berpikir politik
structural. Pada hal faktanya dalam dunia yang kian menjadi kapitalis poilitik
harus dibarengi kesiapan financial yang cukup, sementara kader HMI tidak siap
secara financial. Ribuan kader HMI terlanjur melirik politik pada satu sisi dan
meninggalkan sisi professional.
Imbasnya secara menyeluruh
HMI menjadi semacam sekedar gerbong penghasil para politisi yang tidak kreatif
dan hanya berpasrah dan berharap menjadi politisi tanpa memikirkan bahwa
politisi hari ini adalah politisi yang harus kuat secara financial. Pada hal
sesungguhnya jika kita melihat makna filosofis pengkaderan di HMI, HMI adalah
organisasi yang idealnya mengarahkan kadernya untuk berkiprah pada berbagai
bidang dan profesi. Trend hari ini adalah ternd wirausaha yang mau tidak mau
kalau HMI tidak berupaya melirik ini, HMI akan tertinggal. Sebab kalau pun
harus jadi politisi kader HMI tidak bisa hanya mengandalkan modal sekadar
menjadi organisatoris yang baik.
Kondisi ini sesungguhnya
telah meresahkan banyak kalangan di HMI, bahkan akibat terjadi pergeseran
paradigma ini cak Nur sempat melontarkan kekesalannya, bahwa ? Bubarkan saja
HMI?. Menurut Azumardy Azra jika HMI tidak berani untuk menguliti dirinya dan melakukan
Reaasesment total terhadap keberadaan dirinya, maka HMI akan sulit untuk
bertahan.
HMI secara institusi
bukannya tidak menyadari ini, namun kuatnya mind set politik yang telah menjadi
semacam trend budaya dalam organisasi mengakibatkan tampilan HMI hari ini
menjadi semacammacan ompong yang Cuma
bisa mengaum tapi tidak berdaya untuk menggigit.
Prinsipnya HMI harus
berubah, cara pandang politik di HMI harus digeser pada ranah politik
intelektual, HMI tidak boleh masuk pada ranah politik praktis sebab HMI adalah
organisasi kader bukan organisasi politik. Sudah saatnya orientasi kader-kader
HMI diarahkan pada berbagai segi. HMI harus mampu beradabtasi dan menjadi
kreatif ditengah perubahan yang kian cepat .
Dari semua gambaran di atas
sesungguhnya jika HMI ingin tetap bertahan HMI harus berani melakukan
Reassesment total terhadap dirinya. Setidaknya ada tiga hal yang harus
dilakukan
1. HMI harus
merombak secara total pola pengkaderan yang ada saat ini, sebab kurikulum yang
ada sudah tidak kompetibel dengan abad 21 dimana HMI terjebak hari ini
2. HMI
adalah organisasi mahasiswa, otomatis basisnya adalah kampus, HMI harus
dikembalikan ke Kampus. Konsep Back to Campus bukan sekedar diwacanakan tapi
harus diimplementasikan ke dalam kampus. HMI harus mampu menjadi organisasi
yang tidak hanya membentuk kader-kadernya pada satu tipe (baca poiltik) tapi
lebih terbuka sehingga mahasiswa mau melirik HMI. Karena tuntutan zaman saat
ini mendorong setiap orang untuk lahir sebagai orang-orang yang professional.
Kalau HMI tidak menawarkan kemandirian dan penguatan profesionalisme bagi
mahasiswa di kampus, maka wajar kalau HMI tidak lagi menarik
3. HMI harus
melakukan modernisasi organisasi, modernisasi yang dimaksud mencakup system,
manajemen dan gaya kepemimpinan. Dalam era moderen kepemimpinan, manajemen dan system
dalam pengelolaan organisasi harus mampu menghadirkan ruang efektifitas dan
efisiensi. Trend perkembangan teknologi informasi dan komunikasi harus
diimplementasi dalam pengelolaan oragnisasi. HMI harus mulai berani bicara
kesenjangan digital, bicara teknologi bahkan mungkin HMI harus berani melakukan
digitalisasi didalam organisasinya
Kalau ini tidak dilakukan
maka, HMI akan tampil sekedar menjadi organisasi yang tidak lagi memberi makna
bagi bangsa dan ummat, malah justeru menjadi beban. Seperti tadi sudah saya
katakan diawal bahwa HMI ibarat macan ompong hanya bisa mengaum tapi tidak bisa
menggigit, ini sebuah otokritik bahwa kalau HMI ingin mengembalikan misi
organisasi pada khitah HMI, maka HMI harus berani menerima ini sebagai cambuk.
Kami menyadari bahwa keresahan ini bukanlah monopoli tunggal, tapi semua kader
HMI memiliki keresahan yang sama, semoga apa yang kami sampaikan dalam tulisan
ringkas ini bisa mewakili keresahan sebegian kader HMI yang masih berpikir
bahwa HMI masih bisa berubah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus