Sebagaimana kita ketahui, HMI
merupakan organisasi kemahasiswaan yang bernafaskan Islam dan bersifat
independen. Dan sejak kelahirannya hingga kini telah mampu menunjukkan
kiprahnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun
demikian, seiring dengan dinamika sejarah bangsa Indonesia, adakalnya HMI
mengalami fase pasang naik dan pasang surut.akan tetapi bagaimanapun HMI telah
memberikan peran dan andil tersendiri, dalam perjuangan mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan, dari mulai kelahirannya hingga kini.
Pada
kegiatan Intermediate Training HMI Cabang Makassar Timur hadir Kakanda Akbar
Tandjung sebagai pemateri “Dekadensi HMI dalam konteks kekinian” dalam
sambutannya beliau menegaskan bahwa permasalahan besar dan serius melanda HMI
saat ini adalah mengapa HMI mundur dan memudar, salah satu alasannya adalah
ketidak konsistenannya kader-kader HMI dalam mengaktualisasikan nilai-nilai
suci HMI (NDP).”Salah satu jalan yang harus ditempuh adalah perubahan pola pemikiran kader HMI yang
sesuai dengan Nilai Dasar Perjuangan sebagai khitah HMI, perubahan sistem
pengkaderan dan bisa menterjemahkan (menjabarkan) nilai-nilai normatif Islam
menjadi konsep-konsep operasional disegala aspek kehidupan manusia (bidang
budaya, ekonomi, politik, iptek)”, lanjut beliau.
Gambar 01. Akbar Tanjung dalam pemaparan materinya |
Demikian
pula kita dapat pahami bersama, HMI pun dihadapkan pada permasalahan internal
sedemikian rupa di era orde baru.Pada tanggal 15 maret 1986, muncul HMI Majelis
Penyelamat Organisasi (MPO) yang menggunakan asas pancasila sebagai
satu-satunya asas.Inilah pertama kali dalam sejarah, HMI mengalami perpecahan
internal. Kita patut menyayangkan perpecahan di tubuh HMI tersebut, dan mengharapkan
kejadian tersebut tidak terulang, dan hanya ada satu HMI, yakni HMI yang lahir
di Yogyakarta pada 5 februari 1947 atas prakarsa Lafran Pane.Kini, HMI telah
menggunakan asas Islam sehingga seharusnya tidak ada lagi alasan untuk tidak
bersatu. Sebagai implikasi atas dinamika internal pula, 2 periode kepengurusan
PB HMI yang terakhir mengalami konflik internal.Kita merasa amat prihatin
dengan kondisi Pengurus Besar (PB) HMI yang telah 2 kali mengalami perpecahan
sehingga menimbulkan dualisme kepengurusan.Bagaimana HMI akan mampu dipandang
khalayak sebagai organisasi yang berwibawa dan kuat, apabila tradisi perpecahan
menguat ? Bagaimanapun HMI harus tetap eksis dan kuat, sehingga diharapkan
mampu memberikan kemaslahatan bagi ummat dan bangsa.Oleh karenanya tradisi
perpecahan di tubuh HMI harus dihentikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar