• Bersama Peserta LK III Sulselbar dari Berbagai Cabang di Indonesia
  • Peserta LK II Bersama Kakanda Ir. H. Abd. Kahar Muzakkar (Anggota DPD RI)
  • Peserta LK II HMI Cab.Makassar Timur dari Berbagai Cabang diIndonesia
  • Peserta LK I Bersama Pengurus Komisariat Periode 2011-2012
  • Kohati HMI Cab. Makassar Timur Bersama Kakanda Akbar Tandjung
  • Peserta LK II HMI Cab. Makassar Timur Bersama Fadly Zon (Sekjen Partai Gerindra)
  • Kohati HMI Cab. Makassar Timur Bersama Fadly Zon (Sekjen Partai Gerindra)
  • Angkatan I HMI Kom. Stikes NHM Bersama Kanda Ryza Fardiansyah (Ketum HMI Cab. Makassar Timur Periode 2010-2011)
  • Peserta Gender Camp dari Berbagai Komisariat Sejajaran Makassar Timur yang diadakan di Ta'deang Maros
  • Peserta LK II HMI Cab.Makassar Timur dari Bersama Kakanda Akbar Tandjung

Senin, 09 April 2012

Siapa Pengkhianat Sesungguhnya ?


Beberapa waktu lalu sidang paripurna membahas kenaikan BBM berlangsung dan memutuskan kalau BBM tidak dinaikkan (batal dinaikkan) dan menyisahkan beberapa moment fenomenal untuk diperbincangkan.  Perdebatan yang alot tentang pasal 7 ayat 6 dan tambahan ayat yang memberikan keluasaan pemerintah menaikkan harga BBM membuat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyatakan walk out dari ruang sidang karena sudah tidak relevan lagi dengan kesepakatan partai, sampai  akhirnya opsi kedua yang didukung mayoritas peserta sidang. Selang dua hari kabar tidak sedap menghinggapi telinga Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait ketidakonsistenannnya dalam menyatakan pendapat dan memberikan putusan terkait pandangan PKS tentang kenaikan BBM yang menolak secara tegas, mengingat PKS adalah anggota koalisi pemerintahan SBY Jilid II.  PKS dianggap membangkan terhadap pemerintahan SBY dan kroni-kroninya, selain itu PKS dinyatakan melanggar beberapa point dalam kontrak politik yang ditanda tangani enam pimpinan partai koalisi termasuk PKS. Dalam kontrak politik sendiri dinyatakan bahwa parpol harus mem-back up secara penuh keputusan yang ditetapkan pemerintah terhadap suatu kebijakan dan apabila menolak parpol yang bersangkutan harus mengundurkan diri dan otomatis out dari koalisi.



Bukan tanpa alasan PKS membelot terhadap pemerintah dan anggota koalisi, namun keputusan yang diambil sudah dipikirkan secara matang. Ketua Umum DPP PKS Mahfudz Ziddiq menyatakan bahwa PKS tidak mencurangi pemerintah dan hanya membela kepentingan rakyat, bukan tidak mungkin ketika BBM dinaikkan saat kondisi rakyat seperti ini, citra SBY yang menurun jelas akan lebih menurun jika BBM tetap dinaikkan dan untuk perbaikan struktur pemerintahan SBY yang tidak lama lagi akan ditinggalkannya. Kegerahan terhadap PKS nampaknya ditunjukkan oleh anggota koalisi lainnya yaitu dari fraksi PPP, entah karena ingin meraih perhatian pemerintah atau karena alasan yang lainnya menyatakan kalau “PKS sudah tidak pantas duduk di kursi koalisi sebab sudah ada beberapa black list dalam menolak putusan pemerintah antara lain kasus century, kasus mafia pajak dan kenaikan BBM,” tegas Surya Dharma Ali. Namun pembelaan lain dilontarkan dari Presiden PKS Lutfie Hassan Ishaq, ia menyatakan bahwa “PKS hanya mengingatkan pemerintah tentang keadaan rakyatnya sekarang. Dan PKS tidak seperti anak kandung pemerintah yang dikasihani untuk menduduki kursi menteri, namun PKS bekerja keras sebagai tim pemenangan SBY Jilid II ini. Intinya PKS tidak akan keluar sampai ada kata cerai dari SBY sebagai penentu nasib PKS, pun PKS dikeluarkan kita tidak akan menolak atau mengajukan somasi, kita legowo”.

Memang tidak ada lawan dan kawan yang abadi dalam politik, keputusan PKS untuk “mengkhianati” koalisi perlu dipahami secara mendalam. Koalisi dibentuk untuk kepentingan rakyat bukan kepentingan penguasa, jadi ketika PKS berseberangan dengan kesepakatan koalisi bukan berarti menantang pemerintah namun justru menyelamatkan pemerintah sebagai perpanjangan tangan dari rakyat, pemerinyah harusnya mensejahterahkan rakyat bukan menyensarakannya. Nasib PKS tinggal menghitung hari dan sudah berada diujung tanduk, langkah selanjutnya adalah jika memang PKS dikeluarkan apakah mengubah jalurnya menjadi oposisi ?? Akan tetapi, ketika masih dipertahankan dimanakah ketegasan seorang SBY yang notabene PKS sebagai anggota koalisi “nakal” yang beberapa kali menyatakan sikap berseberangannya, Pertanyaannya kemudian Siapakah yang berkhianat ?? Apakah PKS yang tidak konsisten dan menusuk dari belakang anggota koalisi lainnya karena tidak mendukung putusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM ?? atau anggota koalisi yang berkhianat terhadap rakyat untuk tetap menaikkan harga BBM ditengah masyarakat yang dipusingkan dengan dinamika ekonomi, sosial, dan krisis multidimensional yang kian hari kian  terpuruk..??

Dalam konteks kekinian, mayoritas masyarakat kaum buruh, tani, dan rakyat miskin kota peduli dengan masalah ini ?? Sama sekali tidak !! yang mereka pikirkan bagaimana bisa mendapatkan sesuap nasi untuk hari esok, pemerintah seharusnya tidak sibuk berspekulasi dengan berbagai masalah konyol, tidak jelas, serta pengalihan isu lainnya, Intinya jangan seperti perkutut yang saling patuk-mematuk atau cecurut yang hanya bisa kentut, tapi sibuk memikirkan nasib rakyatnya yang penuh carut marut yang sudah berlarut-larut dari berbagai sudut dan hanya disuguhkan dengan atribut yang berbuntut pada hasil yang keriput. Kekayaan alam dan budaya akan terdepresiasi oleh waktu yang terbuang percuma, pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali, tingkat kesadaran sosial yang rendah serta perilaku penguasa yang korup dan sebagainya.  Selain itu, Kebanggaan sebagai bangsa berdaulat telah terkikis oleh menguatnya perilaku feodalistik, nepotisme negatif dan demokrasi vandallistik. Sanggupkah pemerintah mewujudkan bangsa yang berkiblat pada Pancasila dan UUD 1945, dengan bahasa verbal dan ideologis yang satu serta dengan segenap daya memelihara sumber-sumber kehidupan yang ada di bumi pertiwi yang satu ini ? Semua jawaban akan kembali kepada setiap individu yang menyatakan diri sebagai anak-anak bangsa Indonesia. Pemuda adalah refleksi sebuah generasi.

“…Dihati dan lidahmu kami berharap, suara kami tolong dengar lalu sampaikan, jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam...saudara dipilih bukan dilotre, meski kami tak kenal siapa saudara, kami tak sudi memilih para juara, juara diam, juara he’..he’..he’.., juara ha..ha..ha..
                                         Iwan fals (surat buat wakil rakyat)
Selengkapnya...