• Bersama Peserta LK III Sulselbar dari Berbagai Cabang di Indonesia
  • Peserta LK II Bersama Kakanda Ir. H. Abd. Kahar Muzakkar (Anggota DPD RI)
  • Peserta LK II HMI Cab.Makassar Timur dari Berbagai Cabang diIndonesia
  • Peserta LK I Bersama Pengurus Komisariat Periode 2011-2012
  • Kohati HMI Cab. Makassar Timur Bersama Kakanda Akbar Tandjung
  • Peserta LK II HMI Cab. Makassar Timur Bersama Fadly Zon (Sekjen Partai Gerindra)
  • Kohati HMI Cab. Makassar Timur Bersama Fadly Zon (Sekjen Partai Gerindra)
  • Angkatan I HMI Kom. Stikes NHM Bersama Kanda Ryza Fardiansyah (Ketum HMI Cab. Makassar Timur Periode 2010-2011)
  • Peserta Gender Camp dari Berbagai Komisariat Sejajaran Makassar Timur yang diadakan di Ta'deang Maros
  • Peserta LK II HMI Cab.Makassar Timur dari Bersama Kakanda Akbar Tandjung

Rabu, 26 September 2012

Rohis Bukanlah Kaderisasi Teroris !

Beberapa hari terakhir ini, marak unjuk rasa memprotes stigma negatif terhadap umat Islam. Aksi protes itu dipicu dari infografis dalam acara dialog yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta, yang membahas masalah terorisme. Ya, beberapa bulan terakhir ini, sejumlah terduga (belum tersangka) teroris diciduk aparat Densus 88 Antiteror Polri dari berbagai tempat.
Stasiun televisi tersebut, dalam infografisnya, antara lain menyebutkan bahwa bibit terorisme berasal dari kegiatan Rohani Islam (Rohis) di sekolah-sekolah menengah. Sontak saja, info tertulis di layar televisi tersebut mendapat reaksi keras dari para aktivis Islam, mulai dari jejaring sosial (Facebook, Twitter, dll), hingga aksi turun ke jalan, seperti dilakukan sejumlah aktivis di berbagai kota.

Padahal, ekstrakurikuler Rohani Islam, yang sejak lama tumbuh di sekolah-sekolah menengah atas bukan merupakan benih terorisme, seperti ditegaskan Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan, di Jakarta, Minggu (23/9).

"Di mana-mana, tidak ada kegiatan kerohanian Islam di sekolah manapun yang menekankan siswa menjadi teroris," kata Syahganda, sebagaimana dikutip Antara.

Hampir selalu ada aktivitas ekstrakurikuler keagamaan di tiap Organisasi Siswa Intra Sekolah. Secara umum, aktivitas ekstrakurikulier itu adalah kerohanian Islam dan kerohanian Kristen, yang diwadahi sekolah.

Syahganda, menanggapi aksi protes sejumlah aktivis rohani Islam dan alumninya di Jakarta serta kota-kota lainnya, menegaskan bahwa aktivitas kerohanian itu memiliki andil besar dalam membangun moralitas keberagamaan para siswa di Tanah Air.

Namun, kelompok-kelompok yang diduga teroris dan jaringannya di Tanah Air banyak mengatasnamakan aksi mematikannya berdasarkan klaim sepihak, bahwa ada ancaman eksistensi atau gerakan mengacaukan ajaran agama yang mereka anut.

Sementara itu, Yogi, seorang pengunjuk rasa di Padang, Sumatera Barat, menanggapi stigma negatif terhadap Rohis ini, menegaskan bahwa di negara yang mayoritas Islam, yang menjadi fondasi penting kebangsaan, umat Islam malah sering dijadikan kambing hitam, dan tertuduh "di rumahnya" sendiri, dan dituduh oleh saudaranya sendiri.

"Menuduh sekolah sebagai tempat perekrutan teroris generasi baru, telah menimbulkan keresahan pada kami, para guru, pihak sekolah, dan para orangtua, sedangkan masjid di sekolah merupakan benteng moral yang bisa menjaga kami untuk tetap konsisten, dalam menyeimbangkan ilmu pengetahuan dengan iman dan taqwa," kata Yogi.

Ditambahkannya, aktivitas ekstrakulikuler kerohanian Islam memberikan pengayaan moral di zaman hedonistik yang banyak diwarnai pergaulan bebas generasi muda, yang makin memprihatinkan.
Menanggapi aksi protes yang terus merebak, dalam aku Twitter-nya, Metro TV, beberapa waktu lalu memberikan bantahan, dengan menegaskan bahwa Metro TV tak pernah memberitakan bahwa Rohis sarang teroris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar