• Bersama Peserta LK III Sulselbar dari Berbagai Cabang di Indonesia
  • Peserta LK II Bersama Kakanda Ir. H. Abd. Kahar Muzakkar (Anggota DPD RI)
  • Peserta LK II HMI Cab.Makassar Timur dari Berbagai Cabang diIndonesia
  • Peserta LK I Bersama Pengurus Komisariat Periode 2011-2012
  • Kohati HMI Cab. Makassar Timur Bersama Kakanda Akbar Tandjung
  • Peserta LK II HMI Cab. Makassar Timur Bersama Fadly Zon (Sekjen Partai Gerindra)
  • Kohati HMI Cab. Makassar Timur Bersama Fadly Zon (Sekjen Partai Gerindra)
  • Angkatan I HMI Kom. Stikes NHM Bersama Kanda Ryza Fardiansyah (Ketum HMI Cab. Makassar Timur Periode 2010-2011)
  • Peserta Gender Camp dari Berbagai Komisariat Sejajaran Makassar Timur yang diadakan di Ta'deang Maros
  • Peserta LK II HMI Cab.Makassar Timur dari Bersama Kakanda Akbar Tandjung

Senin, 31 Desember 2012

HMI ; Lembaga Pencetak Peradaban

Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya, Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Az-Zumar : 18)

Himpunan mahasiswa Islam atau yang akrab dengan HMI. Organisasi yang dibangun di Yogyakarta oleh Lafran Pane dan rekannya telah ada sejak 65 tahun lalu (februari, 05-1947). HmI lahir dari rahim kemerdekaan, adik kandung bangsa Indonesia. Disini, di organisasi ini, Kita diajarkan tentang bagaimana berpikir rasional dan kritis. Kita mesti mempunyai landasan kerangka berpikir. Tidak serta-merta menerima mentah-mentah pemikiran atau konsepsi yang ada dan akan ada. Jika tidak, maka agama, pemikiran, konsepsi dan budaya hanya akan menjadi dogma. Persis, seperti yang dikatakan Karl Marx berabad silam. Dogma yang hanya menjadi pemaksaan, titipan dan warisan pemikiran dari neneka moyang belaka.
 
Anologi sebuah minuman, Kita tidak boleh menjustifikasi bahwa susu lebih nikmat ketimbang kopi, padahal Kita belum sama sekali mencicipi setetes saja kopi tersebut. Itu tidak berimbang, itu tidak adil. Kita tidak bisa menjustifikasi bahwa ajaran yang ini lebih benar ketimbang ajaran itu, tanpa mempelajari keduanya terlebih dahulu. Jangan terlalu cepat menyimpulkan. Darinya itu, metode komparatif perlu Kita lakukan. Sebuah metode yang memperbandingkan dua atau lebih obyek perbandingan. Itulah gunanya belajar, inilah gunanya membaca. Apakah sejauh ini, perkataan saya tidak rasional ? Jika konyol, mohon tinggalkan !  Jika Anda sepakat, mari Kita lanjutkan :
 
Sejujurnya, kami amat berterima kasih  kepada HmI yang telah memperkenalkan kami lebih akrab dengan buku. Membaca menjadi begitu penting. Setidaknya, hal ini yang membedakan manusia dengan binatang. Wahyu pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW. adalah perintah membaca (QS. Al-alaq: 1). Di HmI, kami bersaing dengan diri sendiri untuk lebih cerdas lagi. Parameternya sederhana, siapa yang lebih banyak daftar pustakanya, maka Ia yang lebih tampan. Jadi, Kita dinilai dari ketebalan bahan bacaan. Kami selalu ngiler dan sakau bila melihat ada buku tak bertuan. Jika gadget atau dompet Anda tertinggal di sekertariat HmI, tenanglah itu tidak akan hilang. Tapi, jika buku Anda yang tertinggal. 1, 2, 3 detik pasti sudah raib disambar makhluk tak halus. Hingga-hingga muncullah sebuah pepatah baru : ” Sebodoh-bodohnya orang yang meminjamkan bukunya, lebih bodoh lagi peminjam yang mengembalikan buku pinjamannya “.

HMI adalah lembah pencetak peradaban. kita ditempa untuk menjadi kader yang cerdas dengan buku dan analisa. Yang lain bisa bermain domino, tapi kami merencanakan efek domino sebuah revolusi. Yang lain bisa galau di media sosial. Tapi kami galau jika melupakan realitas sosial. Kami percaya, islam bukanlah agama individualistis. Islam mengajarkan kepekaan sosial. Dibalik tanggung jawab pribadi, ada tanggung jawab sosial. Dibalik dosa pribadi, ada dosa sosial. Inilah alasan mengapa kami sering turun ke jalan. Atau paling tidak, melawan lewat kata.
 
Memang, tidak semua kader HMI adalah pahlawan-pahlawan bangsa. Ada juga yang ujung-ujungnya jadi koruptor. Tapi tidak sedikit kader HMI yang memberi andil untuk membangun peradaban, agama dan bangsa. Jusuf Kalla contohnya. Jangan karena segaris luka gores di kaki, kecantikan berubah menjadi keburukan. Hanya Tuhan yang Maha sempurna. Rasulullah SAW. bersabda : Islam itu tinggi, dan tiada yang dapat menandingi ketinggiannya (HR. Ad-daraquthni). Jadi, ajaran islam yang tinggi, bukan muslim (penganutnya). Lihatlah kemurnian dan kesempurnaan ajaran, bukan pada kader atau penganutnya. Adalah kesalahan berpikir, bila Kita berlaku over generalis. Islam dan HMI tidak akan rusak, seburuk apapun perilaku kader dan penganutnya. Intinya, pelajari ajarannya, bukan manusianya.
 
Masih banyak hal yang harus dipelajari oleh kader HMI, termasuk penulis. Basis Kita hanya tertuju pada politic oriented. Klimaksnya adalah jabatan dan politik di pemerintahan atau organisasi. Kita seakan melupakan Need for Achievementdan Need for Affiliate. Kita terlalu ambisi terhadap Need for Power. Pemimpin itu karakter bukan jabatan. Karakter yang dibangun oleh pribadi yang tak pernah berhenti belajar. Pemimpin adalah konsekwensi, bukan orientasi. Konsekwensi bagi pribadi yang selalu tulus mengabdi dan melayani. Kita juga masih jumawa di bidang agama. Sementara mandul pada disiplin ilmu masing-masing. Jika Kita bisa lebih prestatif dan aplikatif terhadap ilmu, Kita telah memenuhi janji Insan Cita. Insan akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Itulah tujuan Kita.
 
Manusia yang berilmu ditinggikan derajatnya dua kali lipat. Namun, manusia berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya, pertanggung jawabannya juga dua kali lipat. Khittah perjuangan HmI dapat disimpul dalam tiga kata saja : Beriman-Berilmu-Beramal. Bulan ini adalah bulan cinta, Kita harus merayakannya. Karena pada bulan ini, Nabi Muhammad SAW. yang penuh cinta dan kasih sayang, dilahirkan. Bulan ini adalah bulan perjuangan. Kita harus menyerukannya. Karena pada bulan ini, Organisasi HMI yang tak kenal lelah berjuang, didirikan. Yakin usaha sampai. Allahumma Shalli ‘Aala Muhammad, wa aali Muhammad !
  • Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum   mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri. (Qs. Ar-Ra’d: 11).
         Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar